Thursday, April 24, 2008

EKOLITERASI

BEBERAPA pakar multidisiplin dari berbagai negara berkumpul dalam Intergovernmental Panel on Climate Change of the United Nations. Mereka mencoba menganalisis kemungkinan penyebab rangkaian bencana dalam beberapa tahun terakhir). Sebuah hipotesis kemudian dimunculkan bahwa pemanasan global akibat emisi gas rumah kaca, dapat memicu perubahan iklim global, menghadirkan gelombang panas, memicu kenaikan permukaan laut, termasuk kekeringan dan banjir yang datang silih berganti.

Perubahan iklim global, bukan semata berdampak pada keseimbangan alam, tetapi juga memiliki trickle down effect yang berbahaya bagi kehidupan manusia. Entah itu akibat polutan atau penyebaran serangga-serangga pembawa penyakit yang berkembang biak seiring makin panasnya cuaca.

Ancaman luar biasa dari pemanasan global juga demi keberlangsungan bumi di masa depan, membuat upaya-upaya anti-tesis bagi pemanasan global menjadi arus utama perdebatan masyarakat dunia. Kita pun mengenal frasa think globally, act locally, yang menggambarkan kontribusi perbaikan alam di tingkat lokal terhadap keseimbangan global.

Filsafat global

Sebelum Al Gore, salah seorang pengkhotbah pemanasan global terkemuka, menerima hadiah Nobel Perdamaian 2007, tema pemanasan global telah dipotret oleh para pengkritik sosial bertahun-tahun yang lalu.

Buku penting Michael Allaby, Thinking Green: an Anthology of Essential Ecological Writing (1989), manifesto Penny Green & Derek Wall dalam A Green Manifesto for the 1990s (1990), hingga anjuran mencerahkan Marry Mellor melalui karya Breaking the Boundaries: Towards a Feminist Green Socialism (1992), dipercaya sebagai sumber-sumber diskursus awal, yang berupaya mendorong pemanasan global menjadi episentrum pemikiran kritis mengenai pembangunan modern.

Pusat-pusat studi lingkungan berbentuk organisasi intergovernmental, program lingkungan PBB (UNEP), hingga Protokol Kyoto hanyalah rangkaian kampanye untuk menegaskan dukungan politik untuk mereduksi pemanasan global. Gerakan kontra pemanasan global, bukan semata didominasi ilmuwan ataupun politisi, tetapi juga dieksploitasi oleh media dan dunia entertainment melalui gaya mereka yang menghibur. Acara Earth Day Special, film dokumenter an Inconvenient Truth dan The 11th Hour, Arctic Tale hingga The Simpson Movie; berhasil mengangkat tema ramah lingkungan, memperkenalkan istilah carbon-neutral dan hybrid car dalam kualitas estetik yang menyenangkan.

Desain ekologi

Selain menjadikan arus utama perdebatan masyarakat, komunitas-komunitas hijau juga mengampanyekan integrasi antara ideologi kontra pemanasan global dan konsepsi pembangunan berkelanjutan (sustainable development).

Pembangunan berkelanjutan ini diawali sekelompok masyarakat dengan pemahaman kognitif yang memadai tentang hakikat dan prinsip-prinsip ekologi. Proses meningkatkan pemahaman inilah yang dinamakan ecological literacy atau ecoliteracy.

Ecoliteracy, sebuah paradigma baru yang dipopulerkan oleh Fritjof Capra, bertujuan meningkatkan kesadaran ekologis masyarakat. Ecoliteracy berupaya memperkenalkan dan memperbarui pemahaman masyarakat akan pentingnya kesadaran ekologis global, guna menciptakan keseimbangan antara kebutuhan masyarakat dan kesanggupan bumi untuk menopangnya.

Dengan tingkat "melek ekologis`" yang baik, desain-desain dalam berbagai bidang kehidupan juga akan berbasis ekologi. Dengan demikian, setiap bidang kehidupan (eco-economy, eco-farming, eco-management, hingga eco-city) dapat dirancang dengan corak ekologis yang kental. Hal ini membuat ecoliteracy menjadi instrumen yang sangat penting. Terutama, karena kebijakan-kebijakan yang mengintegrasikan pembangunan dan keseimbangan ekologis, hanya akan muncul dari stakeholder yang mengetahui dengan baik nilai-nilai ekologi tersebut. Ecolteracy menjadi amat penting di negeri di mana para pejabat (penguasa) dan pengusaha berkolusi melahirkan kebijakan yang tidak prolingkungan.

@Juga dipublikasikan di Harian Pikiran Rakyat, 06 Desember 2007. Dengan judul Ekoliterasi & Kebijakan Pro lingkungan

Sumber digital - http://beta.pikiran-rakyat.com/index.php?mib=beritadetail&id=3593

1 comment:

gede pradipta said...

sangat beruntung saya menemukan materi tentang ekoliterasi ini,