Thursday, June 07, 2018

Newspeak Noam Chomsky

Bagi kita, masyarakat dunia ketiga, menyebut para pemimpin Amerika Latin yang galak (Fidel Castro, Hugo Chavez dan Evo Morales), ataupun para fundamentalis Islam di Iran sebagai penentang kepemimpinan global Amerika Serikat, boleh jadi merupakan kelaziman.

Menjadi lazim karena polarisasi musuh-musuh utama AS itu kental dengan prasangka politik. Suara penentangan akan berbeda jika muncul dari jantung peradaban itu sendiri: intelektual AS, dan jika memungkinkan berketurunan Yahudi.

Satu sosok intelektual berbeda itu ialah Noam Chomsky, seorang analis paling tajam atas kebijakan luar negeri AS. Selain menentang neo-liberalisme, Chomsky juga melihat desain ‘propaganda mental' AS akan tata dunia baru justru memperlemah demokrasi, menindas HAM dan hanya membawa kepentingan segelintir pemilik modal.

Bagi Robert W. McChesney, profesor komunikasi Universitas Illinois, Noam Chomsky adalah seorang anarkis, oposan berdimensi sosialis libertarian dan figur otoritatif di bidang linguistik.

Necessary Illusions
Noam Avram Chomsky (7 Desember 1928), putra seorang emigran Rusia, dibesarkan oleh keluarga Yahudi radikal, yang sempat melewati masa mudanya dengan menjual koran di kios pamannya di New York.

Pendidikan dasarnya diselesaikan di Oak Lane dan Sekolah Menengah Pusat Philadelphia. Lalu, Chomsky kuliah di Universitas Pennsylvania, dengan mendalami studi bahasa, matematika dan filsafat. Selama menjadi mahasiswa, Chomsky muda sangat terkesan akan pandangan politik radikal dari dosen linguistiknya, profesor Zellig Harris.

Minat politik inilah yang membuat Chomsky mengintroduksi 'revolusi kritis' pada kajian linguistik. Dengan integrasi linguistik, basis matematika dan logika modern, Chomsky menghasilkan master piece-nya di bidang generative grammar (pendekatan yang menghubungkan bahasa dan pikiran).

Dalam buku pentingnya, Manufacturing Consent: the Political Economy of the Mass Media (1988), yang ditulis bersama Edward Herman, profesor keuangan Universitas Pennsylvania, Chomsky menegaskan peran propaganda media global dalam mendesain persepsi publik akan isu-isu tertentu. Terutama isu politik internasional, terorisme dan tata dunia baru.

Media global membangun simbolisasi bagi lingkungan palsu di sekitar kita, dengan menyuplai informasi bias secara berkelanjutan. Informasi menyesatkan ini dinamakan Chomsky dengan 'ilusi-ilusi yang perlu' dalam membangun 'skema kognitif' kita akan suatu peristiwa, sesuai dengan agenda dari negara adikuasa.

Menurut Chomsky, sistem ini mengontrol pikiran kita dengan penggunaan kata-kata dan pemberian makna tertentu, yang dikenal dengan Newspeak. Sejumlah Newspeakdiproduksi untuk membatasi pandangan kita akan realitas. Secara reflektif, Chomsky menyebutnya sebagai 'the American Ideological System'.

Penulis Profilik

Sebagai intelektual yang hidup di salah satu episentrum kemajuan dunia modern, Chomsky berperan sebagai bagian penggerak perkembangan intelektual dengan mengajar di Massachusetts Institute of Technology (MIT), tepat setelah Ia meraih Ph. D di Universitas Pennsylvania pada 1955. Chomsky bahkan menjadi profesor linguistik dan filsafat di universitas tersebut.

Hingga kini, selain mengajar di berbagai penjuru dunia dan menjadi aktivis politik berbasis keadilan sosial, profesor Chomsky juga menulis lebih dari 30 buku politik dengan beragam tema.

Karya-karya terpentingnya, selain Manufacturing Consent diatas, antara lain adalah Political Economy of Human Rights (1979), Towards a New Cold War (1982), Pirates & Emperors: International Terrorism in the Real World (1986), Necessary Illusions (1989), World Orders, Old & New (1994), hingga Profit over People: Neo-liberalism & Global Order (2003).

Seluruh karya politis profesor Chomsky (dari anti imperialis, analisis media kritis, bahasa, demokrasi dan gerakan buruh), merupakan suatu jalinan karya mengenai demokrasi, polarisasi terhadap kebijakan AS serta whistle-blower atas ancaman mencemaskan dari neo-liberalisme.***