Sunday, December 02, 2007

Belajar Di Alam

"Dan bukan hanya sebuah impian, melainkan kenyataan yang besar, intipan ke kehidupan yang lebih tinggi, kemungkinan kemanusiaan yang lebih luas, yang di tengah-tengah kesibukan dan hingar-bingar kehidupan, berhenti selama empat tahun yang pendek untuk mempelajari makna hidup" -WEB Dubois-

Orientasi Pengenalan Kampus merupakan interaksi mutual pertama antara mahasiswa baru dengan kehidupan kampus secara langsung. Seperti model rekayasa pengalaman dalam setting pendidikan lainnya, ospek sejatinya merupakan ritual saling menolong.

Ritual untuk membantu mahasiswa baru yang sedang melompat dalam terra incognito, daerah yang tidak dikenal, lingkungan yang sama sekali baru dengan beragam pengalaman yang baru pula.

Bentuk bantuan dari setiap kampus tersebut, diantaranya adalah: berbagi pengalaman terdahulu, menyediakan alam artifisial untuk beradaptasi, mendesain 'jembatan transisional', hingga membuka pintu dan menunjukkan dunia perkuliahan -suatu kompleksitas dunia yang nantinya akan dialami dan dihayati oleh mahasiswa baru tersebut.

Metamorfikom

Model jembatan transisional, atau media metamorfosis bagi pelajar sekolah menengah menjadi mahasiswa tersebut, dapat dirancang menjadi tempat belajar yang mencerahkan, untuk kemudian diintegrasikan dengan visi dan nilai-nilai filosofis dari kampus masing-masing.

Dan kampus ekstensi Fakultas Ilmu Komunikasi, satu dari sedikit fakultas di Universitas Padjadjaran - Bandung, yang mengadakan kegiatan di luar area kampus, dengan supervisi dari HIJAU DAUN -lembaga outbound training- telah membangun rangkaian kegiatan pembelajaran dalam ospek yang bertajuk Metamorfikom 2007.

Bagian akhir dari Metamorfikom ini adalah kegiatan outbond training dengan model pembelajaran utama diarahkan pada team building package. Outbond yang diselenggarakan pada 31 Agustus hingga 2 September di bumi perkemahan Ranca Upas, Bandung Selatan ini, diikuti oleh 113 mahasiswa baru -dari jumlah 149 mahasiswa yang mendaftar di kampus ekstensi Fikom Unpad.

Visi dari kegiatan ini adalah membantu mahasiswa baru mengenali dan mengeksplorasi diri mereka, lingkungan baru dimana mereka akan berada, serta sikap-sikap dan tingkah laku yang diperlukan; sebagai modalitasmengenali, mengeksplorasi dan .ng-masing. dalam menjalani transformasi diri menjadi mahasiswa.

Untuk itu, melalui outbond training diciptakan lingkungan tanpa-stres, yang memberikan kenyamanan bagi setiap mahasiswa baru untuk mencoba hal-hal baru dan melakukan kesalahan, namun terus di-encourage untuk mencapai keberhasilan.

Bagi HIJAU DAUN, menjamin suasana belajar yang menyenangkan secara emosi adalah mutlak diperlukan. Seperti diyakini riset-riset terbaru mengenai pembelajaran di seluruh dunia, emosi positif bukan hanya sangat membantu proses belajar, tapi juga dapat meningkatkan keterlibatan dan umpan balik dari pembelajar, sekaligus menciptakan memori yang kuat.

Selain belajar di alam, suasana yang menyenangkan dapat terbentuk ketika belajar dilakukan bersama-sama dengan orang lain, ketika ada humor dan dorongan semangat, waktu istirahat dan jeda yang teratur, serta antusiasme yang disebarkan oleh semua orang yang terlibat dalam proses pembelajaran tersebut.

Dengan suasana belajar tanpa tekanan, kampus ekstensi Fikom Unpad dan HIJAU DAUN mendesain agar lima indikator keberhasilan yang menjadi perhatian penting dari kegiatan outbond training Metamorfikom 2007 ini dapat tercapai, yakni: kepedulian, kepemimpinan, etika, kedisplinan dan cinta almamater.

Pengenalan Diri

Dalam kegiatan outbond sebagai rangkaian ospek, selain kekhawatiran mengenai sulitnya mengontrol kegiatan massal di luar kampus yang identik dengan kontak fisik dan budaya senioritas, pertanyaan eksistensial lain mengenai outbond adalah mengapa harus melakukan kegiatan di alam?

Kegiatan di alam bukan sekedar memungkinkan terbangunnya suasana baru antar mahasiswa, atau bagian dari filsafat penghijauan global yang marak belakangan ini saja, tapi kegiatan di alam juga memberikan ruang yang lebih luas bagi kita untuk mengenali diri kita dan orang-orang di sekitar kita.

Dengan berada di alam, kita menanggalkan apa yang disebut John Naisbitt sebagai wired species; identitas kita yang terbentuk karena pengaruh tekhnologi di sekitar kita. Di alam bebas, kita berhenti sebentar, keluar dari hingar bingar kehidupan yang bagi beberapa dari kita sungguh melelahkan.

Melalui kesederhanaan dan nir-tekhnologi, berada di alam mendorong kita untuk mengenali perasaan-perasaan terdalam kita, emosi dan kepekaan sosial kita, yang dapat kita ekspresikan secara manusiawi, lebih bebas dan tidak superfisial.

Pada titik inilah model outbond training memiliki irisan filosofis dengan visi dari kegiatan ospek secara umum. Bahwa sebelum mahasiswa baru mengenali perubahan-perubahan yang terkait dengan status identitasnya sebagai mahasiswa, mahasiswa baru semestinya disediakan sebuah wahana pembelajaran untuk lebih mengenali diri mereka sendiri.

Karena, kehidupan perkuliahan memang tempat dimana perubahan-perubahan banyak terjadi dalam diri kita. Bagi banyak ahli psikologi perkembangan, bagian terpenting dari proses perubahan ini adalah kemampuan mengenali diri sendiri.

Dengan mengenali diri sendiri, setiap mahasiswa akan memiliki seperangkat keyakinan mengenai diri mereka, dan dapat mengintegrasikan dimensi-dimensi kualitas dari diri mereka dengan nilai-nilai kebaikan yang diakui masyarakat mengenai 'karakteristik mahasiswa yang baik'.

Kebaikan Simulasi

Selain sebagai wahana belajar untuk lebih mengenali diri dan lingkungan sosial di sekitar kita, outbond training juga didesain untuk menyediakan pembelajaran berbentuk simulasi dan permainan-permainan psikologis.

Simulasi dapat menciptakan suatu lingkungan yang memungkinkan setiap orang belajar dengan melibatkan seluruh pikiran -otak kanan dan otak kiri- serta semua indera pada tubuh kita.

Prinsip dari simulasi adalah kita belajar dari apa yang kita kerjakan secara langsung, dan dengan umpan balik yang relevan. Kita belajar cara mengelola sesuatu dengan mengelolanya, kita belajar bekerjasama dengan melakukan suatu proyek secara bersama-sama, ataupun kita belajar memimpin dan lebih peduli dengan melakukan kegiatan yang memungkinkan hal tersebut dapat muncul secara nyata.

Pengalaman yang nyata dan konkret dapat menjadi guru yang jauh lebih baik daripada sesuatu yang hipotetis dan abstrak. Dengan menjamin bahwa pada simulasi tersedia peluang untuk terjun langsung dalam suatu kegiatan, mendapatkan umpan balik, merefleksikan dan melakukannya kembali.

Proses inilah yang disebut Janet Murray, peneliti senior MIT -Massachusetts Institute of Technology, sebagai memindahkan apa yang kita pelajari dalam dunia 'simulasi' menuju dunia 'nyata'. Simulasi memberikan pengaturan kembali segi-segi kognitif dan perubahan dalam kehidupan emosional kita, sebagai akibat dari keterlibatan emosi ketika kita melakukan simulasi. Berbekal desain yang tepat, simulasi dapat menjadi bagian dari pengalaman hidup kita dan membantu membentuk pandangan-dunia kita.

Dengan demikian, kegiatan outbond memungkinkan belajar bukan mengonsumsi informasi semata, tetapi juga berkreasi. Ketika mahasiswa baru memadukan pengetahuan dan keterampilan baru yang mereka dapat, ke dalam struktur diri dan stuktur tingkah laku mereka.

Melalui outbond training, dan diperkuat oleh rangkain kegiatan ospek lainnya, diperkenalkan berbagai hal yang akan membentuk karakteristik mahasiswa nantinya. Apakah kita, para mahasiswa, akan menjadi 'manusia kamar'-nya Albert Camus, yang hidup hanya untuk diri sendiri, atau menjadi senyawa terpenting dari kelompok 'creative minority'-nya Arnold Toynbee, yang hidup dan hakikat eksistensialnya terkait dengan kebaikan masyarakat.

Bagaimanapun, kita berharap bahwa ospek dapat menjadi wahana belajar terbaik yang akan ikut berperan dalam membentuk kualitas diri mahasiswa baru di masa depan.

No comments: