Hidup itu netral.
Itulah metafora yang disimpulkan
oleh Fred Spencer, penulis buku The Jungle Is Neutral. Spencer adalah tentara Inggris semasa Perang Dunia II pada sebuah
garnisun kecil di Singapura. Ia menuliskan pengalaman survive dalam
hutan, selama 9 bulan, setelah Inggris kalah di kepulauan itu.
Menurut Spencer, hidup ternyata
sama seperti hutan. Hidup tidak ‘berusaha’ menghancurkan, dan tidak pula
mendukung kita. Kemampuan bertahan bergantung pada semangat, menggali kemampuan
diri dan kemudian memanfaatkannya. Bahkan di medan yang sama sekali
belum kita kenali.
Hal ini terjadi karena manusia,
dengan neo-korteksnya (perangkat otak berpikir) yang tidak dimiliki oleh mahluk
hidup lain di muka bumi ini, mempunyai kapasitas untuk beradaptasi.
Seperti yang dikatakan Robert
Ornstein, otak ternyata tidak dirancang pertama-tama untuk berpikir. Tetapi untuk belajar, bereaksi dan
beradaptasi demi kelangsungan hidup. Mahakarya ini, yang memiliki
kemungkinan hubungan antar sel lebih banyak dari jumlah atom jagat raya,
menempatkan manusia sebagai spesies yang superior. Dan masih bertahan hingga
saat ini.
Manusia mampu meneliti
lingkungannya, membuat sesuatu yang baru, meramalkan masa depan, bahkan
memanipulasi kondisi fisik demi tujuan-tujuan tertentu. Intinya, apa yang bisa
dipikirkan, maka dapat dilakukan!
Lalu apa hubungan antara hidup
yang netral, potensi beradaptasi dengan kita? Kita setidaknya dapat
mempertautkan tema ini dengan trend-trend pembicaraan yang sedang hangat saat
ini.
Salah satu pilihannya adalah
momentum pergantian tahun. Perayaan tahun baru, dengan atau tanpa sense of crisis, tidak semuanya hura-hura, liburan dan pesta, atau kebisingan
yang disengaja. Ada juga yang berkhidmat dalam rasa syukur,
merefleksikan dan mengevaluasi setiap hal selama setahun yang lalu.
Yang lebih mencerahkan, ada yang
menjadikan detik pergantian tahun sebagai deklarasi target-target yang ingin
dicapai tahun depan.
Wish of the Year
Alan Kay, eksponen penting di
Pusat Riset Palo Alto, pernah mengatakan kalau satu-satunya cara untuk meramal
masa depan adalah dengan menciptakannya.
Dan proses lebih awal dari
penciptaan adalah perencanaan; inilah bentuk adaptasi sistematik manusia,
meskipun seringkali diperkuat oleh keputusan-keputusan intuitif, serta
cenderung emosional.
Dalam struktur linguistik
Ferdinand Saussure, seorang filosof Prancis yang berusaha me-rekonstruksi
pemaknaan atas dunia, terdapat logika oposisi biner untuk setiap konsep.
Oposisi untuk terencana adalah proses acak, tidak sistematis atau fleksibel.
Dengan adanya tujuan, berarti
kita telah melewati salah satu proses dari perencanaan. Sehingga yang ada
hanyalah gradasi perencanaan dalam hidup; dari yang tanpa disadari, sampai pada
bentuk yang sangat detail.
Jika kita memilih untuk
menghadapi hidup apa adanya, mengalir begitu saja, mungkin kita akan
menemui kejutan-kejutan yang tak
terbayangkan. Tapi, selaras dengan filosofi air, kita juga bisa terjebak dalam
arus yang tidak bisa kita kendalikan.
Untuk itu, tidak ada salahnya
untuk punya rencana tahun depan. Lagipula, kita leluasa memilih tingkatan dan
caranya.
Rencana yang sederhana, adalah
kebebasan kita dalam berimajinasi mengenai apa yang kita inginkan. Pencapaian
terbaik seringkali diawali dari khayalan ‘gila’, yang bisa dilakukan sambil
mendengar Eine Kleine Nachtmusik-nya Mozart.
Kita bisa mencatatnya dalam
daftar 101 keinginan. Wish of the
year. Atau mengurainya dalam bidang spesifik, semisal: target
akademis, pekerjaan, kegiatan atau keterampilan baru yang harus dicapai, relasi
sosial ataupun kehidupan asmara.
Rencana imajinatif seperti ini
juga penting, dan dapat membuat kita mengalir mengikuti tujuan ideal kita.
Ada juga media perencanaan
yang ber-presisi lebih tinggi. Seperti penggunaan kaidah SMART (Specific, Measurable, Achievable,
Realistic dan Time Bound), yang
mendesain pencapaian tujuan kita dalam langkah terkecil dan dapat diukur.
Semakin kita dewasa, dan semakin
kompleks permasalahan yang kita hadapi, membuat perencanaan bertambah rumit dan
detail, layaknya sebuah analisis SWOT ataupun penerapan SAP (Strategic Advantages Profile) dalam metode perencanaan strategis.
Kita juga dapat meminta bantuan
program komputer, yang secara cerdas membantu kita dalam berpikir linear serta
sekuensial.
Metamorphoself
Hebatnya lagi, selain membantu
kita mengarahkan hidup, perencanaan setidaknya dapat membawa kita pada keadaan
mental yang positif. Karena kesemua proses menempatkan kita pada pengembangan
diri yang berkelanjutan.
Manfaat yang terbaik tentu sikap
optimis, sikap yang dapat dipelajari oleh siapapun. Rencana kita, atau
imajinasi mengenai cetak biru masa depan kita pastilah yang terbaik, sehingga
dapat men-stimulasi positive thinking dan sikap
optimis, sekaligus meredam negaholics (selalu
berpikiran negatif).
Bagi mereka yang merencanakan
perubahan revolusioner dalam hidup, menurut Charles Garfield, guru besar
Universitas California, berarti menjadi bagian dari manusia-manusia yang berani
keluar dari ‘wilayah aman’-nya. Dimana hasrat perubahan ini dapat memicu energi
quantum; yakni suatu interaksi potensi dalam diri manusia yang membentuk energi
dahsyat, dapat ditularkan pada orang lain, dan berpotensi membawa manusia pada
level yang tidak terkira sebelumnya.
Dari hasrat perubahan ini pula,
kita berusaha mengenali potensi diri dan memanfaatkannya dengan optimal,
seperti cerita Fred Spencer diatas.
Dan sesuai dengan keyakinan Sun
Tzu, kita semestinya akan memenangi seribu perang sekalipun dalam hidup, ketika
kita sanggup mengenali diri, lingkungan dan musuh-musuh kita.
Masih banyak segi taktis lain
yang bermanfaat dari perencanaan. Namun, tetap saja, apakah kita akan mendesain
rencana untuk tahun depan atau tidak, adalah sebuah pilihan. Kita yang memilih
bagaimana menjalani kehidupan.
Quo vadis 2019, hendak diarahkan kemana kehidupan kita di tahun 2019 nanti? Semuanya
bergantung pada kita. Belum terlambat untuk sekedar merencanakan resolusi dan
pencapaian-pencapaian kita di tahun depan.
Tanpa obsesi untuk menyimpulkan,
perencanaan mungkin adalah bentuk sintesa, atau komplemen dari kenetralan
hidup.
Semoga kita semua menjadi person of the year di akhir tahun ini. Minimal bagi diri kita sendiri.
***
No comments:
Post a Comment